Muara Wahau, thelimit.id – Jika saja Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman tidak menyapa, kehadiran Suster Ermelinda luput dari perhatian. Ia tidak bisa dikenali di antara ibu-ibu pengajian dari Desa Wanasari yang hadir dalam acara Silaturahmi dan Halal Bihalal bersama Bupati Kutai Timur. Siapa sangka seorang Katolik hadir dalam acara yang sepenuhnya bernafas Islami.
Malam itu Suster Ermelinda duduk di antara ibu-ibu yang berhijab. Dari kejauhan, Suster Ermelinda dengan seragamnya nampak tidak berbeda dengan jamaah ibu-ibu muslimah. Kepalanya tertutup seperti hijab di separuh bagian atas kepala. Begitu juga pakaiannya, berwarna biru gelap berkombinasi putih, tampak tertutup dan sederhana dengan kalung salib berwarna perak menggantung di dada.
Tidak ada kesan canggung saat Suster Ermelinda duduk di antara ratusan umat muslim malam itu. “Saya dari Paroki Santa Maria Ratu Damai di Nehas Liah Bing, memang diundang di acara ini,” ungkap perempuan asal NTT dari Kongregasi SSpS, di Masjid Al Falah, Muara Wahau, Kamis malam, 18 April 2024.
Sementara itu, saat Bupati Ardiansyah menyapa Suster Ermelinda, dirinya menekankan praktik toleransi harus terus digaungkan antarumat beragama. “Inilah bukti toleransi di Kutai Timur berjalan baik dan sejuk,” ujar Bupati Ardiansyah yang membuka sambutannya dengan Shalawat Asyghil.
Bupati Ardiansyah mengungkapkan saat Ramadan lalu ia tidak melakukan Safari Ramadan agar panitia maupun stafnya tidak terganggu saat berpuasa. Momen bulan Syawal ini lah ia menggeber dengan agenda Safari Syawal menyapa warga sekaligus meminta maaf atas kinerja pemerintah selama ini.
“Acara ini adalah Safari Syawal hari pertama untuk silahturahmi. Saya sebagai pimpinan daerah meminta maaf kepada warga Kutai Timur, jika pemerintah belum optimal melayani dan ada program pembangunan yang belum selesai,” ujar Ardiansyah. (*/che)